Fungsi teologi adalah:
- Memberikan pemahaman yang baik tentang hal-hal substansial iman Kristen dan personalitas Tuhan dalam proses menempuh kehidupan beriman dan beragama;
- Membuka wawasan atau cakrawala berpikir orang percaya untuk terus mendalami dan merasakan makna mengikut (percaya) Tuhan dalam totalitas hayatinya;
- Memasukkan berbagai gagasan teologis—bilblikal ke dalam iman dan pemikiran orang percaya untuk semakin menyebarluaskan gagasan-gagasan tersebut dalam konteks komunikasi, relasi, dan penginjilan;
- Mengeluarkan berbagai kesalahpahaman tentang iman dan personalitas Tuhan dari pikiran orang percaya, atau dengan perkataan lain, menanggalkan pola hidup dan pola berpikir lama yang bukan merupakan prinsip iman itu sendiri; dan
- Menutup segala pintu penyesatan dan kesesatan yang berpotensi masuk ke dalam pemikiran, pemahaman, dan iman orang percaya.
Memahami teologi memang tidak mudah tetapi dengan melihat pada fungsi-fungsi teologi di atas, kita semakin didorong untuk terus mendalami, merasakan, dan mengaplikasikan teologi itu dalam pluralitas hayati dan humanitas.
Profesor Kapic menjelaskan, teologi tidak hanya dicadangkan bagi mereka yang ada dalam dunia pendidikan tinggi; teologi adalah aspek pemikiran dan percakapan untuk semua yang hidup dan bernafas, yang bergumul dan takut, yang berharap dan berdoa. Kepentingan teologi membuka berbagai peluang bagi gerbang pemikiran manusia yang bebas, yang dapat mengarahkan manusia untuk melihat kepada Allah yang Mahabesar dan Maha Berdaulat atas kehidupan manusia. Pencarian manusia akan Allah menyita banyak perhatian bagi para teolog dan para atheis dalam diskusi mereka tentang Allah ada dan Allah tidak ada. Sebagaimana dinyatakan secara skeptis oleh Ludwig Feuerbach (1804-1872), seorang filsuf ateis abad sembilas belas bahwa, bicara tentang Allah tidak lebih daripada penguatan bicara tentang diri sendiri: “Allah” hanya proyeksi tentang pemikiran dan hasrat manusia. Pernyataan Feuerbach memiliki dua implikasi:
- pertama implikasi faktual. Pada implikasi faktual, pernyataan Feuerbach ada benarnya, sebab ada kasus di mana orang(-orang) Kristen dapat mengakui bahwa ia percaya kepada Allah dan sekaligus menonjolkan bahwa “dirinyalah Allah itu.” Artinya, dengan tujuan meraup keuntungan yang tidak semestinya, peribadatan dan proses “berimannya” tidaklah murni untuk kemuliaan Allah, melainkan hanyalah topeng belaka: memuji diri sendiri dan mengagungkan diri sendiri, layaknya seorang yang haus kekuasaan dan kepopuleran. Pada akhirnya, topeng mereka terbuka, dan terlihat dengan jelas bahwa mereka telah melakukan penipuan berkedok “agama Kristen”.
- kedua implikasi substansial. Pada implikasi substansialnya, pernyataan Feuerbach adalah salah dan bernatur opini, tanpa bukti apa pun. “Allah” seperti apa yang diproyeksikan oleh pemikiran dan hasrat manusia, dan “Allah” yang mana yang diproyeksikan, apakah Allah versi Kristen atau Allah dalam imajinasi Feuerbach? Allah Alkitab adalah Allah yang menyatakan diri. Jadi, tidak bisa diaggap sebagai proyeksi diri sendiri (manusia). Jelas, Allah versi Feuerbach adalah imajinasinya sendiri.
Teologi yang baik adalah teologi yang memuaskan jiwa kita akan kebaikan Tuhan, kasih dan sayang Tuhan, pemeliharaan dan kepedulian, serta pengampunan Tuhan yang di dalam itu semua, jiwa kita dipandang berharga oleh Tuhan dan menjadikan kita sebagai duta-duta firman-Nya untuk terus mewartakan kabar baik kepada dunia sekitar. Kapic menilai bahwa “teologi menyangkut soal hidup, dan bukan percakapan yang dapat dihindari oleh jiwa kita.” Menurut Alexander dari Halles bahwa, teologi lebih merupakan kebajikan daripada seni, hikmat ketimbang pengetahuan faktual, teologi lebih terdiri dari kebajikan dan perwujudnyataan ketimbang kontemplasi dan pengetahuan.
Leave a Reply