Filadelfia artinya “(kota) kasih sayang persaudaraan”; merupakan sebuah kota dalam zaman kuno sampai Abad Pertengahan, sekarang dinamakan kota Alaşehir di Provinsi Manisa, di daerah Aegea, negara Turki. Terletak di Lembah Kuzuçay (Cogamus, pada zaman kuno), di kaki Gunung Bozdağ (gunung Tmolus pada zaman kuno). Dataran tinggi di wilayah ini dipenuhi tanah luas dan subur dari sungai Gediz, (nama kuno: Hermus)) yang memberikan pemandangan luar biasa.
Kota di propinsi Roma wilayah Asia, di sebelah barat dari daerah yang sekarang dinamai Turki Asia. Kota itu barangkali didirikan oleh Emenes, raja Pergamus, pada abad 2 sM, dan pasti diberi nama adiknya Atalus, yg karena ketaatan adiknya itu diberi nama Filadelfus. Tempatnya di dekat ujung udik suatu lembah yang lebar, yang menurun melalui Sardes menuju laut dekat Smirna; dan berada di ambang pintu dari daerah dataran tinggi yang luas dan subur, yangg menghasilkan banyak bagi kemakmuran dagangnya.
Daerah itu merupakan kawasan gempa. Suatu gempa yg dahsyat memusnahkan kota itu pada tahun 17 M; dan sewaktu getaran dengan masa selang yg singkat susul menyusul, orang-orang mengungsi ke luar kota dan tinggal di tenda-tenda (Strabo, Geography). Sesudah dana dari kerajaan diberikan sebagai bantuan untuk membangunnya kembali, kota itu memakai nama baru, Neokaisaria. Kemudian pada pemerintahan Vespasianus, memakai nama raja Roma lain, yaitu Flavia. Kota ini terkenal karena banyaknya kuil dan pesta-pesta keagamaan. Di tempat semula, sekarang terdapat kota Alasehir itu.
Surat kepada ‘malaikat jemaat di Filadelfia’ (Why 3:7-13) barangkali menyinggung beberapa segi dari keadaan kota itu. Seperti Filadelfus menjadi terkenal karena ketaatannya kepada kakaknya, begitulah gereja, Filadelfia yg sebenarnya, mewarisi dan menggenapi wataknya itu dengan ketaatan yg teguh, mantap dan tetap setia kepada Kristus (ay 8,10). Seperti kota itu terletak dekat ‘pintu terbuka’ dari suatu daerah, yg memberikan kekayaan kepadanya, demikianlah gereja diberikan ‘pintu yang sudah dibuka’, yaitu kesempatan untuk dimanfaatkan (ay 8; bnd 2 Kor 2:12).
Lambang ‘mahkota’ dan ‘Bait Suci’ (ay 11-12) menunjuk kepada pertentangan dengan pesta-pesta dan acara-acara keagamaan dalam kota itu. Sebagai kebalikan dari kehidupan yg tidak menetap dalam suatu kota yg sering mengalami gempa, maka kepada orang yang ‘menang’ dijanjikan akan dijadikan sokoguru dalam Bait Allah dan akan tetap di sana sampai selama-lamanya; dan karena kota itu mendapat nama baru dari Allah, demikian juga orang yg ‘menang’ akan diberi nama baru, sebagai tanda bahwa mereka untuk selamanya menjadi warga kota Allah yg benar (ay 12). Seperti di Smirna, gereja menghadapi perlawanan dari pihak Yahudi dalam kota (ay 9). Di kemudian hari kota itu dikunjungi Ignatius, waktu dia berangkat dari Antiokhia menuju Roma, tempat ia mati martir, dan dari sana ia mengirim surat kepada jemaat di Filadelfia.
Zaman kuno
Kota yang sekarang bernama Alaşehir ini mungkin adalah salah satu kota pertama dengan nama “Filadelfia”. Didirikan pada tahun 189 SM oleh Raja Eumenes II dari Pergamum (197-160 SM). Eumenes II menamai kota ini karena kasihnya pada saudara laki-lakinya, yang kelak menggantikannya, Attalus II (159-138 SM), yang kesetiaannya menyebabkan Ia diberi julukan, “Philadelphus”, arti harafiahnya “orang yang mengasihi saudara laki-lakinya”. Karena tidak memiliki ahli waris, Attalos III Filomitor, raja terakhir dari dinasti Attalid di Pergamum, menyerahkan kerajaannya, termasuk kota Filadelfia, kepada sekutunya, Kerajaan Romawi, pada waktu Ia meninggal pada tahun 133 SM. Roma membentuk Provinsi Asia pada tahun 129 SM dengan menggabungkan Ionia dan bekas wilayah Kerajaan Pergamum.
Zaman Romawi
Filadelfia berada dalam distrik administratif Sardis. Pada tahun 17 M, kota ini rusak berat akibat gempa bumi, sehingga Kaisar Tiberius memberi pembebasan pajak (Tacitus Annales 2.47, cf. Strabo 12.8.18, 13.4.10, John Lydus de mensibus 4.115). Sebagai balasan, kota itu memberikan berbagai penghormatan kepada Tiberius. Bukti dari mata uang logam menunjukkan bahwa kaisar Caligula pernah membantu kota ini. Di bawah pemerintahan kaisar Vespasian, Filadelfia menerima cognomen-nya, Flavia. Di bawah Caracalla, Filadelfia menjadi tempat berdirinya satu kultus imperial; mata uang logamnya bertuliskan Neokoron (arti harafiahnya, “penyapu kuil”/”temple-sweeper“–pengurus kuil). Sebuah teater kecil berada di pinggiran utara bukit Toptepe, merupakan apa yang tersisa dari kota ini dari zaman Romawi.
Dalam kitab “Wahyu kepada Yohanes”
Meskipun sejumlah kota kuno juga bernama Filadelfia, kota ini jelas adalah salah satu dari tujuh kota di Asia Kecil yang disebutkan oleh Yohanes (pada waktu di pulau Patmos) dalam tiga pasal pertama kitab tulisannya, Wahyu kepada Yohanes. Kitab ini diyakini ditulis di akhir abad pertama Masehi, kemungkinan besar pada zaman kaisar Domitian. Filadelfia adalah kota keenam dari tujuh kota yang dikirimi surat oleh Yohanes. Bagian surat yang secara khusus ditujukan kepada jemaat gereja di Filadelfia tercantum dalam Wahyu 3:7–13.
Zaman Bizantin
Filadelfia merupakan kota makmur pada zaman Bizantin, sehingga disebut “Athena kecil” (“little Athens“) pada abad ke-6 M karena banyaknya festival dan kuil-kuil.[5] Hal ini mengindikasikan bahwa saat itu kota ini tidak seluruhnya beralih ke agama Kristen. Ada catatan seorang nabiah Kristen, Ammia, berasal dari Filadelfia.[6] Sekitar tahun 600 Basilika Santo Yohanes yang berkubah bulat mulai dibangun, reruntuhannya menjadi atraksi arkeologi utama sampai sekarang. Kota ini juga menjadi pusat pemberontakan melawan para penguasa Bizantin:
- tahun 1182, dipimpin oleh John Komnenos Vatatzes
- tahun 1188-1205 atau 1206, dipimpin oleh Theodore Mangaphas, seorang asli Filadelfia, melawan Isaac II Angelos.
Pada waktu itu, keuskupan (bishopric) Filadelfia ditingkatkan menjadi metropolis. Dalam abad ke -14, Filadelfia dijadikan metropolis Lydia oleh patriarkh Gereja Ortodoks Yunani di Konstantinopel, sebuah status yang masih dipegang sampai sekarang. Kehormatan ini diberikan karena kota itu tidak menyerah kepada Kekaisaran Utsmaniyah (Ottoman). Kota ini makmur terutama pada abad ke-13 dan 14; ada koloni dagang Genovese (dari Genoa) dan kota ini menjadi produsen penting barang-barang kulit dan sutera yang diwarnai merah (karena itulah sekarang diberi nama Turki, Alaşehir, yang berarti “kota merah”).
Filadelfia merupakan pusat kekristenan penting pada zaman gereja mula-mula (abad pertama M) dan terus sampai ke periode Kekaisaran Bizantin. Sampai sekarang, tempat ini tetap dianggap sebagai takhta tituler Gereja Katolik.
Gereja Filadelfia adalah contoh teladan gereja yang taat kepada firman dan mengakui Tuhan dengan iman walaupun secara ukuran gereja ini sangat kecil. Karena itulah gereja ini diberkati dengan kekuatan ilahi yang sanggup menaklukkan pekerjaan iblis.
“Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.”
Wahyu 3: 10
Inilah janji Allah atas kesetiaan orang percaya di Filadelfia.
Tentu saja masih ada gereja di zaman ini yang menjalankan tugasnya dengan baik sebagai tubuh Kristus. Gereja ini menjadi contoh teladan iman yang baik.
Ps. Gabriel Hartanto
www.OnlineChurchMinistry.com
Leave a Reply